sisi lain sebuah berita

Saturday, October 11, 2014

Marimutu Manimaren Tokoh Golkar yang Berjaya dan Kandas di Sekitar Kekuasaan

Marimutu Manimaren memasuki lobi Hotel Aston Jakarta sekitar 10.000 WIB, 4 Agustus 2003. Kepada petugas lobi hotel ia menyerahkan identitasnya. Marimutu Manimaren tercatat sebagai  warga Kebon Kacang RT 012 RW 06 Tanahabang, Jakarta Pusat. Ia kelahiran Medan 1957. Ia kemudian check in sebentar di kamar  5607, lalu keluar meninggalkan hotel. Ia baru kembali ke hotel Pukul 22.00 WIB, dia antar Udin sopirnya sampai lobi hotel. Manimaren langsung masuk ke kamarnya sendirian.

Sepengetahuan pihak hotel, malam itu Manimaren tidak pernah keluar dari kamarnya serta tak pernah menerima kunjungan tamu.

Pukul 5.30 Hotel Aston dikejutkan dengan penemuan mayat yang jatuh dari lantai 56. Tubuh itu terhempas menghantam balkon di lantai 5 lalu menghantam kanopi lobi, menghantam lagi mobil kijang silver sebelum akhirnya menghempas ke tanah yang beralaskan pavement block. Korban jatuh dengan kepala hancur.
Belakangan diketahui mayat itu adalah penghuni kamar 5607. Marimutu Manimaren bunuh diri?
Marimutu Manimaren Pengusaha sekaligus tokoh politik Golkar. Sumber: Suara merdeka























Polisi yang datang ke lokasi kejadian segera menyidik. Dari hasil olah kejadian perkara tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Kamar Manimaren dalam keadaan terkunci, tergrendel. Polisi terpaksa menggergaji pintu untuk bisa masuk. Di dalam kamar polisi juga tidak ditemukan obat-obatan maupun minuman.


Seminggu sebelum Manimaren meninggal, kakak Manimaren, Ganesan Marimutu mengatakan kalau adiknya sempat mengeluh kesal, karena mengharapkan bantuan pemerintah yang tak kunjung datang. Ganesan mengatakan bila Manimaren mengeluhkan pemerintah yang seolah sepakat menghancurkan perusahaan mereka.

Karenanya, dia mendatangi beberapa pejabat yang sudah dekat dengannya. Salah satunya Akbar Tandjung yang ditemui Manimaren beberapa pekan lalu.

Sehari sebelum kematiannya, ia juga sempat menghubungi adiknya lewat telepon. Tapi Manimaren hanya mengatakan, dirinya tidak bisa banyak bicara. Marimanen mengaku sedang ada teman dan akan menelepon balik.
Tapi telepon itu tak kunjung datang, malah kabar duka yang dia terima keesokan harinya. Ganesan juga menceritakan kejadian sebelum musibah itu terjadi. Manimaren baru tiba di rumahnya di Jalan Gunawarman 31, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekitar pukul 16.30 WIB, setelah pulang dari kantornya.

Ia sempat berolahraga sebentar, seperti hari-hari biasanya. Kemudian menyuruh pembantunya menyiapkan pakaian dan keperluan lain. Sekitar pukul 22.00 WIB, Manimaren meninggalkan rumahnya. Tak lama kemudian dia kembali lagi ke rumahnya hanya untuk mengambil tas kecil, lalu pergi lagi.

Di rumahnya, Manimaren hanya tinggal bersama dua pembantu dan asisten pribadinya. Sementara istrinya, Jeanne Manimaren dan kedua anaknya, Marisa (17) dan Daniel (9) sudah 1,5 tahun tinggal di Connectitut, Amerika Serikat. Rumah tangga Manimaren dinilai cukup harmonis di mata keluarganya.

Hariman Siregar teman Marimanen mengakui Marimanern memang sering mengeluh tidak bisa tidur dalam bulan-bulan terakhir. Dia juga mengeluhkan macam-macam soal dunia bisnis hingga kredit yang susah didapat. Belakangan, dia mendapat desakan untuk memecat sebagian besar karyawannya. Sebab itu, Hariman menilai almarhum mengalami gejala depresi yang juga sering dialami para pebisnis lainnya. Karenanya, dia menganjurkan Manimaren untuk berkonsultasi dengan ahli jiwa.

Ketua DPP Partai Golkar Akbar Tandjung juga mengaku dua minggu lalu sempat bertemu dengan Marimanen. Ia tahu kesulitan-kesulitan bisnis yang sedang dihadapi Marimanen.

Kamis, 7 Agustus 2003. Di tengah terik matahari dan iringan isak tangis keluarga, kerabat dan handai taulan, jenazah pengusaha Marimutu Manimaren akhirnya dimakamkan di Blok AAI Taman Pemakaman Umum (TPU), Kampung Kandang Ciganjur Jakarta Selatan pukul 11.00 WIB kemarin.

Hadir dalam pemakaman itu, pengusaha nasional yang juga kakak tertua Marimutu Sinivasan, kakak kandung kedua, Ganesan, saudara-saudara, sahabat, dan ratusan karyawan PT Texmaco. Ikut hadir Ketua DPP Golkar Akbar Tandjung, mantan Menteri Tenaga Kerja Bomer Pasaribu, dan GM Texmaco, Martin Hutabarat.

Sekadar diketahui, Marimutu Manimaren adalah pebisnis ulung. Bersama saudaranya, Marimutu Sinivasan, mereka membangun kerajaan tekstil di bawah bendera Texmaco. Berawal dari Kendal, Jawa Tengah, Texmaco kini menjadi raksasa tekstil yang menguasai industri hulu hingga hilir. Bahkan, cabang bisnisnya terbentang dari Amerika Utara, Irlandia hingga Uganda. Belakangan, kerajaan bisnis Texmaco merambah industri otomotif yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.

Manimaren juga berperan mendekatkan Texmaco dengan sumber kekuasaan di zaman Orde Baru saat Presiden Soeharto berkuasa. Buktinya, pada 1995, Texmaco memberi sumbangan politik dengan menyelamatkan Bank Putera Sukapura milik Keluarga Cendana. Bank ini kembali memenuhi imbauan politik Keluarga Cendana untuk mendirikan pabrik tekstil di Timor Timur dengan nilai investasi US$ 575 juta, pada 1997.

Saat B.J. Habibie tampil sebagai presiden, pada 1999, kiprah Marimutu Manimaren di bidang politik makin berkibar, sehingga pengaruhnya pada bisnis Texmaco makin terasa. Saat itu, Texmaco mendapat order pembuatan truk pengangkut untuk keperluan militer. Di zaman ini pula, Manimaren memasukkan order bisnis ke Texmaco dengan mensuplai berbagai jenis komponen untuk PT PAL, Maleo, dan IPTN yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia.

Manimaren pun menjabat sebagai wakil bendahara Partai Golkar saat Habibie berkuasa. Namanya makin sering dimuat di media massa saat Kasus Bank Bali terungkap. Sebab, dia bersama rekannya, Setya Novanto, disebut-sebut oleh Rudy Ramli terlibat dalam pengambilalihan tagihan Bank Bali. 

Baca juga: 

Laporan Tempo tentang Aliran Dana Bank Bali


Kejayaan Manimaren tidak redup meski kekuasaan berganti dan tak lagi menjabat wakil bendahara Partai Golkar. Kelihaian dan kecerdikannya membuat Manimaren dan bisnisnya tetap menempel dengan penguasa baru. Dia tercatat sebagai seorang anggota rombongan Presiden Megawati Sukarnoputri ke Rusia, pada April 2003 silam. Pada kesempatan ini Megawati menandatangani kesepakatan pembelian pesawat tempur Sukhoi. Dan keterlibatanya itu Manimaren juga dipanggil Panitia Kerja DPR untuk dimintai keterangan soal pembelian Sukhoi.

Di sisi lain, PT Texmaco pada 2003 masih menjalani restrukturisasi utang yang berjumlah kurang lebih US$ 2,7 miliar. Lilitan utang dalam skala besar ini membuat manajemen Texmaco sulit untuk melanjutkan operasi secara normal. Pada Januari 2001, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) merestrukturisasi utang Texmaco melalui dua tahap.

Tahap pertama BPPN membentuk sebuah perusahaan induk bernama Newco yang bertugas menampung aset-aset Texmaco. Bersamaan dengan itu, perusahaan ini dirampingkan dalam divisi tekstil dan mesin dengan maksud mengontrol arus kas yang selama ini dinilai mengalir ke hal lain di luar kepentingan usaha.
Pengalihan aset itu dilanjutkan dengan proses restrukturisasi utang Texmaco. Penjadwalan utang selama sebelas tahun ini belum memperhitungkan utang Texmaco ke kreditor asing, termasuk Marubeni Jepang, senilai kurang lebih US 1,7 miliar. Di tengah himpitan utang yang begitu besar, pertengahan tahun 2003 Texmaco kembali menyedot perhatian dengan berita seputar permintaan penambahan modal kerja buat kelangsungan usaha.

Di tengah situasi seperti itu, Marimanen memilih mengakhiri hidupnya.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Marimutu Manimaren Tokoh Golkar yang Berjaya dan Kandas di Sekitar Kekuasaan

0 comments:

Post a Comment