Tanda pagar (tagar)
#AhokAsbun menjadi salah satu trending topic pada Selasa malam, (7/032015).
Munculnya tagar ini bermula dari dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok menanggapi kritikan Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) soal target pendapatan dari pajak minuman keras.
Menurut Ahok penerbitan
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang
Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan
Minuman Beralkohol tidak memengaruhi Pendapatan Asli Daerah yang didapatkan Pemprov
DKI dari PT Delta Djakarta. Meski demikian, menurut Ahok, pemerintah DKI akan
tetap akan mengikuti peraturan pemerintah pusat tersebut untuk tidak lagi
menjual minuman keras per 16 April 2015.
Pada Senin (6/4/2015) Di
hadapan wartawan Ahok mengatakan, "Kami punya saham, lanjut saja. Bir
salahnya di mana sih? Ada enggak orang mati karena minum bir? Orang mati kan
karena minum oplosan cap topi miring-lah, atau minum spiritus campur air
kelapa. Saya kasih tahu, kalau kamu susah kencing, disuruh minum bir,
lho,"
Para pengguna twitter
menilai pernyataan Ahok soal bir tersebut asal bunyi alias asbun. Mereka
menganggap pernyataan Ahok tidak ilmiah.
@Pinkyapinky mengatakan “Eter
zat yang mudah terbakar makanya jg digunakan utk penambah bahan bakar, juga
dipakai sebagai obat bius medis. #Ahok Asbun
Sementara @whbku, mengatakan, “Ahok Dilawan,Malaikat Aje Ogah
Negornye.Bntar lg ada film Rahasia Ilahi:Gubernur Sombong Matinye Ketiban Bir
Sebotol #AhokAsbun”
PT Delta Djakarta
merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia saat ini dalam industri
bir. PT Delta Djakarta merupakan produsen dan distributor beberapa merek bir
terbaik di dunia seperti Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih.
Di situs resminya, PT
Delta Djakarta mengklaim sebagai perusahaan yang menjadi pemain utama dalam
pasar minuman non-alkohol di Indonesia dengan merek Sodaku dan Soda Ice.
Perusahaan ini didirikan
pada tahun 1932 oleh perusahaan Jerman Archipel Brouwerij NV dan telah
berpindah tangan beberapa kali sebelum berganti nama menjadi PT Delta Djakarta.
Dalam Perang Dunia II, kontrol perusahaan diserahkan kepada sebuah perusahaan
Belanda sebelum diteruskan ke sebuah perusahaan Jepang pada tahun 1942. Tiga
tahun kemudian, Belanda kembali menguasai.
Pada tahun 1970,
perusahaan berganti nama menjadi PT Delta Djakarta. Pada tahun 1984 peruahaan ini
menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Sampai saat ini, pemegang
saham utama PT Delta Djakarta adalah Pemerintah Kota Jakarta dan San Miguel
Malaysia (L) Private Limited. Pabrik berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat,
Bekasi Timur, dan Jawa Barat.
Pemprov DKI diketahui memiliki saham sebesar 26,25 persen di BUMD PT Delta Djakarta. Pada tahun 2014, PT Delta Djakarta menyumbang sebanyak Rp 50 miliar kepada kas daerah Pemprov DKI.
0 comments:
Post a Comment