Seorang pejabat Vatikan
mengatakan bahwa penggunaan kekuatan bersenjata mungkin diperlukan untuk melindungi
kelompok minoritas dari penganiayaan Negara Islam Irak Suriah (ISIS).
Uskup Agung Silvano
Tomasi, duta besar Vatikan di Jenewa, mengatakan bahwa ISIS yang melakukan
"genosida" harus dihentikan.
Uskup Agung mengatakan
kepada situs Katolik Crux "Apa
yang dibutuhkan adalah koalisi terkoordinasi dan terencana untuk melakukan
segala kemungkinan guna mencapai ketetapan politik tanpa kekerasan, tapi kalau
itu tidak mungkin dilakukan, maka penggunaan kekuatan bersenjata akan
diperlukan."
Selama ini Vatikan berusaha
untuk menahan diri terhadap intervensi militer di Timur Tengah.
Namun, Paus Fransiskus
mengecam pemancungan 21 warga Mesir yang beragama Kristen Koptik oleh ISIS di Libya pada 21
Februari lalu dan mengatakan bahwa "sah" untuk menghentikan agresor
yang tidak adil.
Dalam sebuah wawancaranya Tomasi, lebih lanjut, menyatakan bahwa orang Kristen hidup dalam "risiko
eksistensial yang serius di wilayah ISIS" tapi menekankan bahwa semua
agama minoritas berhak hak untuk dibela: "Kristen, Yazidi, Syiah, Sunni,
Alawi, semua adalah manusia yang hak-haknya layak dilindungi. "
Setiap koalisi, kata dia,
harus melibatkan negara-negara Muslim dari Timur Tengah dan dipandu oleh PBB.
Dalam laporan Februari
sekelompok organisasi hak asasi manusia, termasuk Institut Hukum dan Hak Asasi
Manusia Internasional dan Kelompok Hak Minoritas Internasional, memperingatkan
bahwa ISIS berusaha untuk memberantas kelompok-kelompok minoritas di Irak.
Dalam laporan tersebut
mereka memerinci terjadinya eksekusi, pemaksaan kehendak, pemerkosaan dan
pelanggaran lain yang diderita oleh kaum minoritas.
0 comments:
Post a Comment