Tagar #HariMusikNasional
hingga Senin, (9/03/2015) masih menjadi trendding topic. Insan musik Indonesia
beramai-ramai merayakannya. Namun di balik itu ada sejumlah fakta-fakta dan
kontroversidibalik penetapan Hari Musik Nasional yang perlu diketahui. Apa saja itu.
Ini dia ulasannya:
1. Hari
Musik Nasional ditetapkan tahun 2013 di Pemerintahan SBY
Fakta:
Hari Musik Nasional
ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Keppres No 10 Tahun pada
2013. Tujuan ditetapkan hari musik nasional, menurut pemerintah, adalah untuk
mengapresiasi karya-karya musik tanah air.
Kontroversi:
Presiden SBY punya
kepentingan untuk menetapkan Hari Musik Nasional karena presiden ke-6 ini juga
menciptakan lagu. Selama dua kali menjabat, Presiden SBY tercatat telah
mengeluarkan lima album; Rinduku Padamu (2007), Evolusi (2009), Ku Yakin
Sampai Di Sana (2010) dan Harmoni Alam Cinta dan Kedamaian (2011), dan
'Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik Karya SBY dan Karaoke Lagu-Lagu Karya SBY' (2014).
Sby ingin dikenang sebagai salah satu Presiden Indonesia yang mempunyai
perhatian lebih pada perkembangan musik tanah air, selain juga puisi.
2. Presiden
Megawati Tetapkan Hari Musik Nasional tapi tidak Keluarkan Keppres
Fakta:
Pada saat menjabat sebagai Presiden (2003), Megawati Soekarnoputri, merestui peringatan Hari Musik
Nasional (HMN) diadakan setiap 9 Maret. Tanggal peringatan tersebut mengacu pada
tanggal kelahiran W.R. Soepratman, (9 Maret 1903). W.R. Soepratman dikenal sebagai
pelopor musik nasionalis Indonesia.
Kontroversi:
“Bu Mega punya rasa humor
dan selera musik yang cukup baik,” tulis Mega Simarmata, wartawan senior Istana
di blognya.
Namun, yang belum
diketahui hingga kini adalah alasan Megawati tidak mengeluarkan Keppres
sebagaimana dilakukan SBY. Rumor yang berkembang saat itu ada pro-kontra
perihal perlu tidaknya ada Hari Musik Nasional (HMN). Para musisi Indonesia,
ketika Megawati menjabat, berdebat mengenai penetapan hari musik. Selain juga
sebagian para musisi merasa bahwa PAPPRI telah membawa musik ke ranah politik.
Sejumlah musisi dan
musikus akademisi seperti Suka Hardjana dan Franky Sahilatua menuding Dharma
Oratmangun -- Ketua Umum Persatuan Artis Penyanyi dan Penata Musik Rekaman
Indonesia (Pappri) 2003 -- sebagai orang yang telah mengobrak-abrik organisasi
insan musik.
Belakangan Dharma
Oratmangun, yang pernah menjuarai Juara
I Festival Musik Pop Indonesia sekaligus anggota legislatif dari Partai Gokar,
menjadi produser sekaligus salah satu penyanyi dalam album perdana Presiden
SBY, “Hening”.
3. Hari
Musik Nasional berdasarkan dari tanggal Lahir Wage Rudolf Supratman
Fakta:
Tanggal lahir W.R. Soepratman, 9 Maret 1903, dijadikan dasar penetapan Hari Musik Nasional yakni 9
Maret. W.R. Soepratman dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai pencipta lagu
Indonesia Raya. Lagu ini diperdengarkan ke publik pada Kongres Pemuda II, 28
Oktober 1928. Lagu Indonesia Raya, ciptaan W.R. Soepratman juga dijadikan Lagu
Kebangsaan Indonesia. WR dikenal sebagai pelopor pencipta musik nasionalis.
Kontroversi:
WR Supratman tidak lahir
pada 9 Maret 1903 melainkan pada 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa
Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Nama “wage”
di depan kata Soepratman diambil dari nama pasaran Jawa ketika Soepratman lahir
yakni Kamis Wage. Sementara nama Rudolf, yang terkesan Eropa, ditambahkan
dengan tujuan Soepratman bisa masuk ke sekolah Belanda ketika itu.
Pada edisi 2008 lalu, Kompas pernah memberitakan bahwa
keluarga W.R. Soepratman meminta pemerintah dan semua pihak agar
menggunakan tanggal 19 Maret 1903 sebagai hari lahir W.R. Soepratman, bukan 9 Maret seperti yang selama ini diyakini dan
dijadikan dasar penetapan tanggal peringatan Hari Musik Nasional.
Kelahiran W.R. Soepratman pada 19 Maret tersebut didasarkan pada keputusan Pengadilan Negeri Purworejo. Pengadilan Negeri Purworejo, dalam keputusannya bertanggal 29 Maret 2007,
menetapkan bahwa W.R. Soepratman lahir pada Kamis Wage, 19 Maret 1903 di
Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo,
Jawa Tengah.
Hal ini diungkap oleh Dwi
Raharja yang melakukan penelitian dan membuat film dokumenter "Saksi-Saksi
Hidup Kelahiran Bayi Wage". Film yang selesai dibuat pada 1977 tersebut,
konon, kini disimpan di Museum Sumpah Pemuda.
Dalam penelitiannya, Dwi
Raharja, melakukan wawancara dengan saksi sekunder sejarah W.R. Soepratman. Ia melakukan wawancara dengan sahabat W.R. Soepratman bernama Wijayadi dan keponakan Willem Martinus Van
Eldik bernama Hani.
Willem Martinus Van Eldik
adalah seorang sersan instruktur KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Eldik
adalah guru musik W.R. Soepratman yan mengajari bermain biola. Bahka, menurut Dwi
Raharja, biola tersebut dihadiahkan kepada WR Soepratman. Dari biola itulah
lagu kebangsaan "Indonesia Raya" lahir.
Mantab gan :)
ReplyDelete