sisi lain sebuah berita

Sunday, October 12, 2014

Arnold Achmad Baramuli, Profil Tokoh Kontroversial Orde Baru

ARNOLD ACMAD BARAMULI atau AA. Baramuli lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, 20 Juli 1930. Ayahnya, Julius, bekas pengamat kehewanan. Sedangkan ibunya, Pole, wanita Bugis asal Pinrang. Pinrang memang dikenal sebagai daerah saudagar sejak jaman leuhur merek. Mereka para leluluhur Pinrang, menurut Baramuli, pernah berdagang sampai Jawa, Malaya, bahkan India. Jadi jika kemudian ia menjadi pengusaha, darah pengusaha itu memang sudah mengalir padanya.

Ia tercatat pernah menjadi siswa Sekolah Rakyat di Pinrang (1945) dan melanjutkan Mulo, di Makassar (1948). Ia juga menjadi siswa di Bestuur School, Makassar
(1950). Era kemerdekaan, ia menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1955). Tidak hanya itu ia tercatat pernah mengikuti Kursus Inteligen, Singapura (1957) dan menjadi peserta kursus Lemhanas (1981-1982). Baramuli melek pendidikan.

Istrinya, Arbertina Kaunang, dikenal sebagai dosen hukum di  Universitas Indonesia, Pancasila, Atma Jaya, dan Universitas Kristen Indonesia. Mereka punya anak lima. Hobi mereka sama, pecandu buku selain tenis dan yoga dan bermain musik klasik.

Baramuli juga harus dicatat sebagai seorang birokrat di era kekuasaan Soekarno. Ia pernah menjadi jaksa pada Kejaksaan Negeri Jakarta (1954-1956),  Jaksa tinggi & Jaksa tinggi tentara untuk Indonesia Timur (1956-1960).

Bahkan ia ditunjuk Soekarno untuk menjabat sebagai  Gubernur Sulawesi Utara dan Tengah (1960-1962). Pada 1960 sebenarnya ia belum cukup umur untuk menjadi   gubernur. Usianya ketika itu baru 29 tahun, sedangkan persyaratan usia minimal untuk menjadi pejabat ketika itu adalah 30 tahun. Tapi Soekarno toh teken keputusan, Ahmad  Arnold  Baramuli ditetapkan sebagai Kepala Daerah Sulawesi Utara-Tengah. Dari jabatan ini,belakangan ia mendapat banyak peluang bisnis.

Pengakuan Baramuli, ia walau semuda itu diberi tugas berat. Ia harus membentuk provinsi baru dengan anggaran pembangunan yang nyaris nihil dari pemerintahan pusat. Tiap bulan, ia mengaku, harus putar otak untuk menggaji para pegawai. Apalagi situasi plitik di Sulawesi sedang kacau akibat Permesta.

Terakhir sebelum Soekarno lengser, Baramuli menjabat sebagai Penasihat Mendagri (1963-1965).

Pada awal pemerintahan Soeharto, prestasi Baramuli makin mencuat. Baramuli tercatat pernah menjabat sebagai  Kepala Tim Ekonomi & Keuangan Depdagri (1970-1973).  Ia juga pernah menjadi  Wakil Ketua Dewan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Depdagri (1973-1974) dan Wakil Ketua Komite Indonesia-Jepang (1974).

Selain melek pendidikan Baramuli dikenal sebagai pengusaha sukses pada masa pemerintahan Soeharto. Ia menjadi pengusaha bahan baku tekstil dan tepung kelapa yang bernaung di bawah bendera Poleko Group. Di situ Baramuli menjabat Presiden Komisaris Poleko Group. Ia juga menjadi Presdir PT Orchid Beautiful Garment Indonesia sejak 1985.

Perusahaan itu di masa Baramuli memipin setidaknya memiliki  8.367 karyawan dihimpunnya di bawah Poleko Goup, yang mengelola  12 pabrik industri dasar. Di dalamnya termasuk pabrik bahan baku tekstil sintetis (polyester), industri bahan kimia, dan pabrik besi.

Di bidang agrobisnis: pabrik tepung kelapa, pabrik gula dan pembibitan udang. Sebagian besar perusahannya di Sulawesi.

Baramuli mengaku bahwa dalam menjalankan usahanya ia tak memanfaatkan fasilitas negara. Ia juga mengaku dirinya pengusaha idealis. Dia mencari untung sedikit, sedangkan modal yang dapat diakumulasikan ditanam kembali untuk menciptakan lapangan kerja baru. Karena itu untuk menjaga idealismenya, Baramuli memilih bermitra dengan perusahaan asing. Tidak jelas omzet yang Baramuli dapatkan, tapi ia memberikan seikit bocoran, pajak yang dibayarkan perusahaan mencapai Rp 8 milyar setahun. 

Baca Juga:

Laporan Tempo tentang Aliran Dana Bank Bali


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Arnold Achmad Baramuli, Profil Tokoh Kontroversial Orde Baru

0 comments:

Post a Comment